SMKN 2 DEPOK SLEMAN Diincar Industri Pertambangan

KOMPAS/LUKI AULIA

Siswa SMKN 2 Depok Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan praktikum di laboratorium, pekan lalu. Program keahlian geologi pertambangan sekolah ini banyak diminati pelajar dari sejumlah daerah dan lulusannya banyak dicari perusahaan pertambangan.

Luki Aulia

Menyadari potensi dan kekayaan mineral di Indonesia, SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta membuka program keahlian geologi pertambangan sejak 1972. Tingginya kebutuhan terhadap sumber daya manusia dunia pertambangan membuat lulusan sekolah ini menjadi incaran kalangan industri.

Sebelum lulus sekolah, mayoritas siswa geologi pertambangan sudah habis dipesan oleh mitra industri yang sebagian besar beroperasi di luar Jawa. Beasiswa pendidikan, praktik kerja, dan jaminan untuk bekerja di industri setelah lulus menjadi komitmen yang diberikan industri. Oleh karena itulah jurusan ini menjadi favorit. Karena merupakan satu-satunya SMK di Indonesia yang memiliki program keahlian geologi pertambangan, sekolah ini kerap diincar siswa lulusan SMP dari sejumlah daerah.

Wakil Manajemen SMKN 2 Depok Sleman Yogyakarta Cahyono Agus mengatakan, sejak awal dibuka, program studi geologi pertambangan tidak pernah sepi peminat karena ada jaminan lapangan pekerjaan. Faktor penghasilan yang tinggi di perusahaan tambang juga menjadi penarik yang kuat. Dari pengalaman dan cerita para lulusan, gaji rata-rata yang bisa diperoleh siswa sebesar Rp 4 juta-Rp 5 juta per bulan. Gaji tertinggi yang pernah diperoleh siswa lulusan sekolah yang dahulu bernama STM Pembangunan itu di perusahaan tambang Kalimantan mencapai Rp 7,2 juta per bulan.

”Posisi tertinggi yang sudah dipegang alumni adalah manajer. Mereka sekolah lagi dan punya spesialisasi sehingga bisa menjadi manajer. Padahal, standar kompetensinya berdasarkan ijazah seharusnya di posisi mandor,” kata Cahyono.

Sesuai dengan kebutuhan industri, sekolah yang berlokasi di Mrican, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, itu memiliki kurikulum spesifik. Harapannya, siswa akan memiliki keahlian dalam pemetaan topografi dan geologi, pemetaan geologi, pengeboran, geotek, dan analisis fosil, batuan, serta bahan galian. Prospek kerja yang tersedia di industri antara lain tenaga survei sumber daya energi, penilai, peninjau sumur, juru bor, juru ledak, juru gambar, dan tenaga di laboratorium. Karena memiliki kurikulum yang spesifik, banyak guru geologi pertambangan yang diminta mengajar di SMK lain di sejumlah daerah.

”Setiap tahun kami kerja sama dengan 25-30 industri. Untuk mengetahui secara persis kebutuhan industri, praktik siswa tidak hanya di Jawa, tetapi juga di luar Jawa seperti Sumatera, Maluku, dan Kalimantan. Ketika praktik, semua biaya ditanggung industri dan siswa mendapat uang saku,” kata Cahyono.

Pentingkan karakter

Untuk memperoleh bibit unggul sesuai dengan kebutuhan, mitra-mitra industri sudah mulai berburu SDM di sekolah pada Desember-Januari. Lima tahun lalu mitra industri umumnya mencari siswa yang terampil. Namun, kebutuhan itu lalu bergeser. Kini mitra industri lebih mengedepankan SDM yang memiliki karakter. Alasannya, lebih mudah meningkatkan keahlian daripada membentuk karakter siswa.

”Bobot nilai untuk karakter sekarang 70 persen, sementara keahlian dan pengetahuan hanya 30 persen. Alasan industri, siswa diberi pendidikan dan pelatihan 2 minggu-3 minggu saja sudah terampil. Tetapi, untuk membuat karakter yang baik, satu tahun pun belum tentu bisa,” kata Cahyono.

Laptop dan PC

Selain unggul di jurusan geologi pertambangan, sekolah ini memiliki jurusan lain yang prestasinya juga patut dibanggakan, seperti jurusan elektronik industri, teknik komputer jaringan, permesinan, otomotif, kimia industri, dan kimia analis.

Sebagai sekolah yang dipersiapkan pemerintah pusat untuk menjadi sekolah model atau percontohan, Kepala SMKN 2 Depok Sleman Yogyakarta Aragani Mizan Zakaria menceritakan, sekolahnya kerap mendapat tawaran kegiatan pembelajaran atau bermodel sesuai lini industri (teaching factory) di semua program keahlian.

Namun, tidak semua tawaran bisa ditindaklanjuti. Salah satunya perakitan sepeda motor dan mobil. Alasannya, luas lahan bengkel laboratorium untuk bidang otomotif tidak mencukupi.

Meski demikian, sejak tiga tahun lalu sekolah itu menerima tawaran pemerintah untuk merakit laptop SMK Mugen, laptop SMK Zyrex, personal computer (PC) SMK Relion, liquid crystal display (LCD) in focus SMK Zyrex, dan mesin computer numerical control (CNC). Sampai sekarang perakitan laptop dan PC tetap berlanjut serta telah dirakit lebih dari 2.000 laptop. Selain untuk memenuhi kebutuhan SMK lain di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, sekolah juga menerima pesanan dari pihak luar.

Karena sudah sering merakit laptop, kata Cahyono, siswa kelas XI dan XII hanya membutuhkan waktu 12 menit-15 menit untuk merakit satu laptop. Namun, itu dikerjakan secara berkelompok dengan anggota 3-4 siswa per kelompok.

Emisi bensin

Siswa program keahlian lain juga tak mau kalah dalam berprestasi. Misalnya saja, dua siswa jurusan otomotif, Imam Muchtar Sidik dan Agustina Slamet, membuat alat penekan emisi bensin yang keluar dari knalpot sepeda motor.

Karya yang menang dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja tingkat nasional yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ke-42 ini dibuat dengan biaya produksi Rp 129.000 dan dapat digunakan selama satu tahun.

”Banyak industri yang sudah mau memproduksi massal, tetapi belum ditindaklanjuti karena hak paten siswa harus dilindungi. Sampai saat ini pun masih dalam tahap pengembangan desain,” kata Aragani.

Selain inovasi penekan emisi, lanjut Aragani, pihaknya berencana membuat mobil yang memiliki bentuk berciri khas Yogyakarta seperti halnya taksi London, Inggris. Proyek ini akan bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan pada saatnya nanti, pasti hasilnya akan mengejutkan..

Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.

Tinggalkan komentar