Monthly Archives: November 2009

Kekuasaan yang Lupa

Oleh Radhar Panca Dahana

Bila kita mengingat bagaimana Julius Caesar ditikam mati Brutus, Saddam Hussein jatuh karena serbuan militer AS, Shah Iran jatuh oleh revolusi kaum mullah, hingga Soeharto jatuh akibat reformasi, maka kita tersadar akan makna: kekuasaan yang membengkak cenderung lupa (pada) diri (sendiri).

Kekuasaan yang berkembang biak, menggurita, menjadi kekuatan amat dominan, pada saat bersamaan sebenarnya juga sebuah kekuatan lupa. Ia tidak hanya sebuah kekuatan yang memaksa pihak lain atau publik lupa pada kerakusan kuasa yang dimiliki. Tetapi, lebih utama ia lupa pada ideal-ideal yang dulu berhasil mendapuknya ke singgasana; lupa untuk apa dan demi siapa ia berkuasa; dan lebih utama, ia lupa apa kekuasaan itu.

Gejala psikologis kekuasaan atau sindrom kekuatan lupa ini sebenarnya bisa ditemui di banyak tempat dan waktu dalam sejarah peradaban manusia. Juga kita menemukannya di negeri sendiri. Bahkan pada beberapa dekade mutakhir. Di berbagai rezim pemerintahan saling berganti, pascakemerdekaan diproklamasikan. Baca lebih lanjut

Mendudukkan Pluralisme Agama

Oleh Ahmad Syafii Maarif

Dan akan lebih bijak lagi, jika penafsiran terhadap sumber-sumber itu saling berlawanan, solusinya mudah sekali, yaitu diadakan dialog yang serius dan jujur antara para pihak yang bersangkutan. Sikap menuduh dengan menggunakan kata-kata “sesat, agen zionis, agen Barat” bukanlah cara kaum yang beradab. Mari kita sama lepaskan prasangka lebih dulu, lalu kita adu argumen dengan menjadikan al-Qur’an sebagai rujukan utama dan pertama. Lalu kita gunakan sumber-sumber lain, baik yang ditulis oleh ulama klasik maupun yang kontemporer sebagai pelengkap rujukan.

Artikel ini sebelumnya telah dimuat di Republika, 17 Maret 2009 Baca lebih lanjut

Di Balik Gemerlap dan Wibawa Jabatan

Oleh B Josie Susilo Hardianto

Refleksi Petruk, personifikasi tokoh kawula atau rakyat jelata dalam dunia pewayangan itu, sesungguhnya adalah gambar lain dari citra lugu yang dimiliki Minah, seorang nenek berusia 55 tahun yang divonis bersalah karena mengambil tiga buah cokelat. Minah mengaku bersalah, tetapi dalam pemaknaan sebagaimana diungkapkan Petruk, pengakuan itu adalah gugatan terhadap penegakan hukum di negeri ini. Baca lebih lanjut

Elegi Minah dan Tiga Buah Kakao di Meja Hijau

KOMPAS/MADINA NUSRAT
Minah (55), petani dari Dusun Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (19/11), dihukum percobaan 1 bulan 15 hari karena mencuri tiga buah kakao di kebun PT Rumpun Sari Antan 4 di desanya. Persidangan di Pengadilan Negeri Purwokerto ini menyedot perhatian masyarakat karena benda yang didakwakan dicuri hanya tiga buah kakao yang akan digunakan Minah sebagai bibit.

Jumat, 20 November 2009 | 02:52 WIB

 

Madina Nusrat

Minah (55) hanya dapat meremas kedua belah tangannya untuk menepis kegalauan agar tetap tegar saat menyampaikan pembelaan atau pleidoi di hadapan majelis hakim di Pengadilan Negeri Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (19/11).

Tanpa didampingi pengacara, ia menceritakan bahwa alasannya memetik tiga buah kakao di kebun PT Rumpun Sari Antan 4, pertengahan Agustus lalu, adalah untuk dijadikan bibit.

Nenek tujuh cucu yang buta huruf ini sesekali melemparkan pandangan kepada beberapa orang yang dikenal guna memperoleh kekuatan. Ia berusaha memastikan bahwa pembelaannya dapat meyakinkan majelis hakim. Baca lebih lanjut

Cerita Humor Politik Kita

brengos

Mungkin seharusnya kita memandang politik Indonesia dengan rasa humor daripada terus mengerutkan kening. Toh, memang seperti inilah potret bangsa kita saat ini, mulai dari pemimpinnya, birokrasi, oposisi, hingga masyarakatnya.

Kejenakaan inilah yang terasa kental dalam diskusi peluncuran emiktur. Singkatan ini pun jangan terlalu dianggap serius karena ini kreasi olok-olok pembuatnya, sineas Garin Nugroho, yang dimaksud adalah esai, komik, dan karikatur dengan judul SBY Superhero. Baca lebih lanjut